Pewarna Alami: Bukan semata Produk, tetapi sebuah Gerakan
Secara awam banyak orang memahami bahwa pewarna alami yang digunakan dalam produk tertentu, misalnya tekstil dan pangan, hanya merupakan diversifikasi produk atau jenis produk lain yang tidak menggunakan pewarna alami (pewarna kimia atau sintetis). Kain batik dengan menggunakan pewarna alami, misalnya, kedudukannya sama dengan kain batik yang menggunakan pewarna sintetis. Hanya dipandang sebagai produk kerajinan atau komoditas yang diproduksi oleh pengrajin. Bahkan dalam beberapa hal produk yang menggunakan pewarna alami dipandang sebagai produk “kelas dua”. Penggunaan pewarna alami dipandang tidak mampu bersaing dengan produk sejenis yang mengunakan pewarna sintetis. Ukurannya kemudian hanya sebatas pasar.
Lebih dari sekedar produk atau komoditas, penggunaan pewarna alami adalah sebuah misi edukasi. Penggunaannya melampaui sekedar tuntutan pasar tetapi mengandung misi penyelamatan lingkungan, peningkatan kesehatan dan kesejahteraan, pelestarian tradisi dan budaya, serta revivalisasi (menghidupkan kembali) identitas bangsa. Pewarna alami adalah jawaban. Jawaban atas pencemaran lingkungan yang makin tak terkendali dari penggunaan pewarna sintetis. Jawaban atas menurunnya kualitas kesehatan para pelaku usaha yang menggeluti pewarna sintetis dalam jangka panjang. Jawaban atas pentingnya memperkuat identitas dan budaya bangsa melalui kekayaaan dan kearifan lokal yang dimiliki.
Penggunaan pewarna alami adalah sebuah gerakan. Gerakan yang bermuara pada 4 (empat) hal, yakni: keselamatan (safety), kesehatan (health), dan ramah lingkungan (environment) yang pada akhirnya akan membawa pada kesejahteraan (welfare) bersama lahir dan batin.
Meningkatkan dan Memperluas Pasar
Produk yang unggul dan menggunakan teknologi ramah lingkungan semakin menjadi tuntutan dan kebutuhan untuk dapat berkompetisi secara global. Untuk itu kain ulos dengan pewarna alami dan menggunakan proses produksi berwawasan lingkungan memiliki potensi untuk berkompetisi di pasar dunia.
Dengan demikian, usaha untuk meningkatkan kualitas kain ulos dengan menggunakan pewarna alami serta dalam proses produksi yang memperhatikan keselamatan lingkungan perlu diupayakan. Dengan demikian, kain ulos dengan pewarna alami memiliki peluang menembus pasar (nasional maupun global) dan selanjutnya dapat meningkatkan pendapatan pengrajin, meningkatkan devisa, menekan jumlah pengangguran, melestarikan budaya, dan memperkuat identitas bangsa.
Tujuan umum program ini adalah dapat diproduksi ulos dengan pewarna alami. Sedangkan Tujuan khusus kegiatan ToT ini adalah:
- Memberikan petunjuk praktis pewarnaan benang ulos dengan pewarna alami jenis bejana (Indigo).
- Memberikan petunjuk praktis pewarnaan benang ulos dengan pewarna alami jenis Mordan (Tingi, Jolawe, Tegeran, Merbau)
- Memberikan petunjuk praktis pewarnaan benang ulos dengan pewarna alami kombinasi Mordan-Mordan (Sogan), dan Kombinasi Indigo-Mordan.
- Meningkatkan kesadaran pengrajin akan keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan,
- Mendorong mitra pengrajin binaan UNESCO sebagai agen perubahan penggunaan kembali pewarna alami, dan
- Pelestarian budaya dan tradisi untuk memperkuat identitas bangsa.
Dalam pelaksanaan kegiatan ini INDI UGM bekerjasama dengan UNESCO JAKARTA dalam pendamping lapang (trainer) para pengrajin ulos binaan UNESCO, sebanyak 5 orang. Walaupun dilaksanakan secara daring namun para peserta pelatihan sangat antusias dan berkomitmen penuh menjadi Trainer ULOS.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 2021, dibuka oleh perwakilan dari UNESCO JAKARTA: Kita Muda Kreatif yaitu Bapak Sampur Ariyanto dan dari INDI UGM diketuai oleh Edia Rahayuningsih, Imam Baskara, Mukmin Sapto P, Supriadianto, dan Tim Teknis dari Gama Indigo.